Tambak Garam
Garam bagi masyarakat Madura merupakan
bagian dari kehidupan mereka sehingga dapat dikatakan bahwa membuat garam
adalah bagian dari budaya masyarakat Madura, oleh karena itu tidak mengherankan
lagi jika Pulau Madura disebut juga sebagai Pulau Garam.
Masyarakat Madura
membuat garam sudah dilakukan sejak dulu, yaitu pada sekitar masih berdirinya
Keraton Sumenep. Namun demikian, keadaan yang menunjukkan, bahwa meskipun
sampai saat ini garam belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat khususnya para petani garam.
Batas wilayah tambak garam di desa ragungkebanyakan merupakan milik warga dan sebagian wilayah milik PT. Garam. dimana wilayah para petani garam di desa ragung berada di sebelah timur dan wilayah PT. Garam berada di sebelah barat. Dimana mata pencaharian masyaraakat desa ragung sebagai petani mencapai : 1696 orang. sedangkan hasil dari panen garam warga di jual ke pedagang sekitar.
Sesuai iklim Desa ragung mempunyai 2 musim yaitu : musim kemarau dan
musim hujan. Pada waktu musim kemarau masyarakat desa ragung biasanya membuat
garam, dan saat memasuki musim penghujan masyarakat biasanya mananam padi,
jagung, kacang panjang dll. Sesuai dengan kondisi iklim tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa masyarakat desa Ragung sanggat menggantungkan pada curah
hujan yang tidak menentu. hal itu dikarenakan tidak adanya sistem irigasi yang
dimana tidak adanya aliran sungai air tawar atau sumber air yang cukup
Dalam proses pembuatan garam masyarakat Desa Ragung meciptakan garam
melalui panas matahari dengan peralatan semacam ghulu’ (berbentuk silinder terbuat untuk meratakan dan memadatkan
tanah), senggut (untuk memindahkan
air dengan bantuan kincir angin dari kanal-kanal ke petakan tambak), sorkot (untuk meratakan garam di petakan
tambak atau untuk mengumpulkan garam saat panen), Kancor (sendok garam yang berukuran agak besar), raca (terbuat ari kayu untuk
membolak-balikan garam agar semakin mengkristal), renjing atau bhejut (wadah
garam untuk meratakan garam di karung ).
Dalam proses pembuatannya, petani garam memerlukan waktu sekitar 25-28
hari untuk menguapkan air laut di tambak. Setelah benar- benar mengkristal
dengan rentang waktu itu. Maka garam sudah siap untuk dipanen. Butiran garam
yang baru diangkat dari petakan tambak belum benar-benar kering. Karena itu,
garam yang sudah dipanen masih di panaskan lagi di bawah terik matahari serta
dianginkan melalui embusan angin pantai sekitar 4-10 hari.
Tabel rata-rata panen garam yang
dihasilkan
No.
|
Bulan
|
Musim
|
banyak yang dihasilkan
|
Ket.
|
1
|
Januari
|
Hujan
|
-
|
|
2
|
Februari
|
Hujan
|
-
|
|
3
|
Maret
|
Hujan
|
-
|
|
4
|
April
|
Kemarau
|
60 -70 karung (perminggunya)
|
Terhitung Dalam lahan sekitar 1 Ha
|
5
|
Mei
|
Kemarau
|
60 -70 karung (perminggunya)
|
|
6
|
Juni
|
Kemarau
|
60 -70 karung (perminggunya)
|
|
7
|
July
|
Kemarau
|
60 -70 karung (perminggunya)
|
|
8
|
Agustus
|
Kemarau
|
60 -70 karung (perminggunya)
|
|
9
|
September
|
Kemarau
|
60 -70 karung (perminggunya)
|
|
10
|
Oktober
|
Kemarau
|
60 -70 karung (perminggunya)
|
|
11
|
November
|
Hujan
|
-
|
|
12
|
Desember
|
Hujan
|
-
|
Dimana harga tiap 1
karung garamnya pada tahun 2017 sekitar Rp 150 ribu rupiah sampai Rp 200 ribu
rupiah, akan tetapi di tahun 2018 harga garam turun menjadi Rp 40 ribu sampai
Rp 70 ribu rupiah. Hal ini timbul akibat adanya ekpor garam dari luar negara
yang masuk di indonesia. Hal lain yang memicu turunnya garam yakni Tergantung
pada hasil garam yang di buat, apakah gramnya berwarna putih bening atau kecoklatan.
semakin putih atau beningnya garam yang di hasilkan maka akan semakin mahal
harga garam tersebut.
Komentar
Posting Komentar